the metamorphosis of elma iskarima

when the words represent anything

October 25, 2010

mayoritas yg terabaikan

Saat ini saya kuliah di salah satu kampus swasta di Jakarta Barat. Di kampus tersebut mayoritas mahasiswanya itu Chinesse (sebut saja cina), namun beberapa tahun terakhir, kaum pribumi (non-cina) lah yg menjadi mayaoritas di kampus.
Memang sih, saya akui bahwa anak2 cina seperti mereka itu lebih giat belajarnya dibandingkan yg pribumi, mereka lebih rajin, lebih bertanggung jawab terhadap kewajibannya di kelas (misalnya mengerjakan Tugas, dll). Sehingga nilai2 mereka (IP) rata2 lebih tinggi dibandingkan yg pribumi.
Karena yg anak2 pribumi itu cenderung malas belajar , kurang bertanggung jawab dan bahkan ada yg bersikap seenaknya terhadap kuliahnya (padahal biaya kuliah di kampus ini lumayan mahal loh). Ironis memang, saat masih banyak anak2 diluar sana yg ga bisa sekolah, anak2 itu malah menghambur2kan uang orang tuanya sendiri :(..
Anyway, bukan itu yg akan saya bahas disini.. Saat ini saya akan membahas tentang kesempatan kecil yg didapat kaum pribumi (seperti saya) untuk berprestasi di kampus..
Entah karena terdoktrin pada hal itu atau bukan, yg jelas, saya sangat amat merasa bahwa, anak2 non cina lebih sedikit diberi kesempatan oleh pihak kampus untuk menunjukan prestasi, misalnya diikut sertakan dalam lomba, dsb..
Jujur sebenarnya banyak juga anak2 non cina yg memiliki prestasi akademis bagus di kampus, mereka pintar dan ipnya pun lumayan tinggi, namun saat ada lomba2 mereka jarang (bahkan tidak pernah sepengetahuan saya) diikutkan dalam lomba..
Contohnya di jurusan saya, setiap lomba yg diikuti pihak kampus, pasti wakilnya itu adalah mahasiswa2 cina..
Lalu kemanakah mahasiswa2 non-cina yg pintar2 itu?? apa mereka tidak tahu ada lomba? apa mereka tidak punya inisiatif untuk mencari tahu?
yaaaa jawabannya ada dua kemungkinan :D :D :D

"tidak usah memikirkan masalah, yg jauh lebih penting adalah bagaimana menemukan solusi dari masalah tersebut :)"

No comments:

Post a Comment